Kamis, 14 Februari 2008

Kaktus Centong ( Opuntia ficus indica ) Penawar Sakit

Tak ada yang menyangka kaktus centong Opuntia ficus indica berkhasiat obat. Di Indonesia tanaman itu hanya sebagai bagus-bagusan, menghiasi taman kering. Itu pun posisinya di bagian belakang lantaran pertumbuhannya cepat. Malahan di sebuah halaman rumah, batang semu tanaman itu dimanfaatkan untuk corat-caret anak-anak muda. Jadilah kaktus centong bagai prasasti yang penuh tulisan.


Padahal, khasiat kerabat buah naga itu beragam. Hasil uji praklinis membuktikan, kaktus centong mujarab mengatasi diabetes mellitus. Anggota famili Cactaceae itu kaya mucilage, serat karbohidrat yang tak larut dalam air, tapi menyerap air. Serat itu mempunyai aktivitas hipoglikemik sekaligus menyediakan nutrisi bagi pankreas. Oleh suku Indian, penduduk asli Meksiko, mucilage yang terdapat pada daun digunakan sebagai salep dan pelembap kulit.

Uji in vivo ditempuh oleh Shin-Mi Park dari Jurusan Kimia Cheju National University, Korea Selatan. Hasilnya ekstrak opuntia berefek neuroprotektif yang tokcer melawan N-methyl-D-aspartate (NMDA), kainate (KA), dan oksigen glukosa deprivasi (OGD). Ketiganya penyebab kerusakan sel otak. Kesimpulannya, ekstrak opuntia potensial sebagai antistroke. Itu terbukti dalam uji lanjutan. Seperti dikutip Ethnopharmacology, dosis 30 mg ekstrak opuntia menghambat perkembangan 25 µm NMDA, KA (30 µm), dan OGD (50 µm). Opuntia melindungi otak secara maksimal.

Tikus yang di diberi 0,1 g opuntia setiap 24 jam selama 5 hari, terbukti luka pada iskemik menurun. Kerusakan otak pada daerah hipokampal tereduksi hingga 36%. Itu membuktikan, konsumsi opuntia meningkatkan zat penghambat kerusakan otak akibat global iskemik.

Tinggi antioksidan

Mencegah tetap lebih baik ketimbang mengobati. Oleh karena itu konsumsilah opuntia sebelum stroke itu menyerang. Sebab, daun opuntia atau sohor dengan sebutan nopal mengandung pektin.

Faedahnya? Selain membantu pencernaan, pektin yang dimanfaatkan menjadi sirop untuk mencegah iritasi lambung. Yang lebih penting, pektin itu juga membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan pelangsing. Selama ini tingginya kadar kolesterol darah biang kerok munculnya stroke, jantung koroner, dan arterioklerosis. Artinya, dengan menjaga kadar kolesterol di bawah ambang normal, 3 penyakit maut itu dapat dicegah.

Pektin tak melulu mengatasi kolesterol. Ia juga musuh bebuyutan berbagai penyakit seperti gonore, diare, rabies, disentri, inflamasi, rematik, dan asma. Secara tradisional daun opuntia yang dihaluskan sebagai pereda nyeri dan luka akibat gigitan tarantula. Penelitian lain membuktikan, Opuntia ficus indica (Opuntia dari kota Opus, Yunani kuno) memiliki antioksidan tinggi. Antioksidan berfungsi 'memerangi' radikal bebas pemicu beragam penyakit degeneratif.

Itulah hasil riset yang ditempuh Luisa Tesoriere dan kolega di Fakultas Farmasi, Universitas Palermo, Italia. Kandungan antioksidan opuntia mampu mengurangi tekanan oksidatif penyebab berbagai penyakit seperti kolesterol, jantung koroner, dan kanker. Tesoriere menguji klinis 18 gadis muda yang diberi konsumsi 250 gram tuna alias buah opuntia segar, kelompok lain diberi 75 mg vitamin C. Frekuensinya sama: 2 kali sehari selama 2 minggu.

Kelompok yang diberi tuna, zat pemicu oksidasi 8-epi-PGF2 dan malondialdehida menurun 30% dan 75%. Yang menggembirakan, LDL (Low Desnity Lipoprotein) hidroksiperoksida-pemicu jatung koroner-menurun separuhnya.

Panasea

Penderita osteoartritis alias radang sendi dan rematik, boleh berharap kesembuhan dari si centong. Setidaknya begitulah hasil riset A.M. Panico dari Departemen Farmasi University of Catania, Viale Andrea, Italia. Panico menemukan senyawa asam hialuronase pada opuntia. Asam hialuronase sebagai pelicin sendi sekaligus memicu produksi zat antiradang seperti nitrogen oksida, glikosaminoglikans, dan prostaglandin.

Nah, kandungan hialuronase penderita radang sendi amat rendah. Untuk mengatasinya, dokter biasanya meresepkan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID). Celakanya, dalam jangka panjang obat itu membahayakan kesehatan. 'NSAID berbahaya bagi ginjal dan lambung bila diasup terus-menerus,' ujar dr Henry Naland SpB (K) Onk. Dalam risetnya, Panico mengekstrak opuntia dan menghitung kadar asam hialuronase.

Percobaan dilakukan terhadap kondrosit yang diambil dari manusia lantas distimulasi agar terjadi peradangan dengan menggunakan sitokinin interleukin -1ß. Setelah peradangan, kondrosit diberi 10 µg/ml opuntia. Hasilnya menakjubkan, ekstrak opuntia mengeluarkan 200 µm/ml asam hialuronase sebagai antiperadangan dan menstimulasi produksi nitrogen oksida, glikosaminoglikans, dan prostaglandin.

Opuntia memang panasea-sebuah obat yang mampu mengatasi aneka penyakit. Selain sederet penyakit di atas, opuntia juga terbukti membantu menyembuhkan penderita prostat. Seperti dilansir Journal of Alternative and Complementary Medicine, bunga opuntia manjur mengatasi prostat. Peneliti Dan Palevitch mengumpulkan bunga opuntia di perkebunan Nizzanim, Israel. Ekstrak bunga dalam kapsul 250 mg diberikan kepada 88 pasien prostat. Mereka diberi 2 kapsul 3 kali sehari selama 2 bulan.

Pemeriksaan dengan ultrasound untuk mengukur diameter saluran kencing. Urodinamis dan tes mikrobiologi juga dilakukan untuk memeriksa fungsi saluran kencing. Hasilnya, sebagian besar pasien mengalami penurunan frekuensi buang air kecil, rasa sakit saat buang air kecil, dan perasaan penuh pada kandung kemih. Jika begitu opuntia tak sekadar ornamen taman, tapi juga obat mujarab.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

bagaimana cara pengolahan agar tanaman tersebut siap konsumsi yang aman

Unknown mengatakan...

Jos